Google Search Engine

Rabu, 26 Oktober 2011

BEING A HIGH CLASS OF MOSLEM WOMEN WITH A ‘TAZKIYAH’

Sebuah Tulisan dari Seorang Teman, Sahabat dan Saudara ...

Semoga bermanfaat dan memberi inspirasi.


FITRAH

Kita mengira bahwa perempuan ‘high class’ adalah mereka yang cantik, fashionable, sexy dan semua barang yang dikenakannya branded. Ah, yang begitu sih banyak! Perempuan yang kasar dan tak punya adab, wah lebih banyak lagi! Yang limited editions and ‘expensive’? temukan pada perempuan sholihah yang santun dan berakhlaq mulia dan selalu bertazkiyah, so let’s being that one ….

Bertazkiyah bukan dengan cara setiap hari di depan cermin, di depan orang lain kita menilai dan mengkritik diri sendiri. Kita pakai berbagai ukuran yang dibuat orang dan media massa tentang kecantikan, kepintaran dan kekayaan kita… lalu, mengambil setumpuk kesimpulan negative tentang eksistensi diri. Bukan, bukan seperti itu….

Tua, muda, kaya atau miskin, kurus atau gemuk, berkulit terang atau gelap….terlalu banyak perempuan muslim dibesarkan oleh masyarakatnya untuk membenci dan menganggap rendah diri sendiri. Padahal sejak lahir, kita sudah membawa “modal” yang terbaik dari Allah SWT yakni FITRAH yang mendorong kita untuk selalu mendekat kepada Allah, untuk taat dan bertaqwa, dan untuk selalu bersyukur atas semua karunia Allah baik lahir maupun batin.

Elemen-elemen dari fitrah yang merupakan kapasitas luar biasa biasa hebat itu ada pada aqidah yang selamat, ibadah yang shahih dan khusyu’, fikrah yang lurus, dan juga akhlaq yang kuat kemuliaannya dengan tujuan untuk mendekat kepada Allah sesuai dengan fitrahnya, sehingga tetap pada tujuan akhir yakni mendapat ijazah dari Allah SWT yang berupa kebebasan dari api neraka dan izin memasuki surga-NYA.

Idealnya kita tumbuh sesuai dengan fitrah kita yang bersih, suci dan indah itu. Kita tumbuh cerdas dengan selalu memikirkan ayat-ayat Allah dan ingat kepada kematian. Kita tumbuh cantik dan mensyukuri kecantikan dari Allah dengan menyadari bahwa bagian terkecil dari tubuh kitapun berfungsi dan indah karena diciptakan Allah. Kita tumbuh kaya dengan mensyukuri semua kekayaan dan karunia Allah, termasuk oksigen yang tidak harus kita bayar saat kita hirup dan dengan tidak banyak mengeluh.


SERANGAN PROPAGANDA NEGATIF

Tapi, kita kita hidup dan dibesarkan oleh sebuah keluarga dan sebuah masyarakat yang penuh dengan berbagai pesan, baik positif maupun negative. Kita membentuk citra diri sesuai dengan porsi pesan-pesan masyarakat kita.

Menilai diri berdasarkan berbagai pesan negative yang disampaikan oleh masyarakat, bukan tazkiyah namun akan berujung pada menurunnya rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah, endingnya akan menjadi ‘kufur nikmat’ yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah, serta semakin menjauhnya dari Allah. Na’udzubillah mindzalik, kita berlindung kepada Allah dari hal demikian.

Masalah timbul saat media massa membombardir dan mengelilingi kita dengan definisi kecantikan yang kaku, sempit dan hampir mustahil. Saat apa yang kita tonton di TV, apa yang kita baca di majalah, bahkan apa yang kita lihat di papan-papan reklame di jalan mendiktekan bahwa cantik adalah warna kulit seperti ini, bentuk badan seperti itu, model rambut begini dan begitu.

Dan ‘propaganda’ media massa tidak berhenti ‘merecoki’ cara pandang kita terhadap kecantikan saja, tetapi juga cara pandang kita mengenai kesuksesan, kekayaan, gaya hidup, bahkan kecerdasan. Setiap harinya para muslimah dihipnotis untuk mengartikan kekayaan dan kesuksesan dalam sudut pandang matrealistis.

Sukses adalah kepemilikan terhadap rumah dan mobil mewah, gadget terbaru, pangkat yang tinggi di kantor, dsb. Cerdas hanyalah dilihat dari sudut pandang intelektual seperti slogan-slogan iklan di TV, “Minumlah susu ini atau vitamin ini, maka anak anda akan sepintar Einstein”. Padahal Rasulullah SAW mengajarkan bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat mati.


CHANGE D’ORIENTATION

Tidak ada salahnya menjadi muslimah yang kaya, tidak ada salahnya menjadi muslimah cantik dengan kulit yang halus, mulus dan bersinar apalagi menjadi muslimah yang cerdas secara intelektual, sungguh tidak ada salahnya.

Hanya saja yang perlu kita lakukan adalah meletakkan semua dalam koridornya masing-masing. Kekayaan, kecantikan, dan kecerdasan jangan dijadikan sebagai tujuan akhir. Tetapi jadikanlah dunia dan segala pernak perniknya hanya sebagai kendaraan untuk menuju tempat yang lebih kekal, yaitu akhirat. Janganlah jadikan ‘kendaraan’ kita seindah apapun sebagai tujuan akhir. Pacu diri ketempat yang jauh lebih indah dan kekal yaitu surga.

Dengan merubah orientasi dan sudut pandang kita ke akhirat dan surga-NYA, maka insya Allah kita tidak akan terperangkap lagi dalam definisi-definisi sempit media.

Cantik adalah wajah yang bersinar karena senantiasa tersiram air wudhu, apapun warnanya. Bibir yang indah adalah bibir yang kalimat-kalimat tasbih seringkali ditorehkan diatasnya, apapun bentuknya. Cerdas adalah menjadikan mati sebagai pendorong ibadah yang lebih giat dan lebih ikhlas. Kekayaan yang berlimpah disyukuri karena terbukanya kesempatan untuk bersedekah sebanyaknya.


TAZKIYAH YUUUKKK….

Islam mengajarkan kepada kita untuk menilai diri sendiri lalu beristighfar dan bertaubat atas segala dosa dan kesalahan, dan berusaha memperbaiki diri kita kepada allah. Itulah tazkiyah, sebagaimana kata Umar bin Khattab RA, “Hisablah dirimu sebelum dihisab oleh allah”.

Tazkiyah bukanlah ajang untuk menghukum dan mengutuk diri sendiri atas keburukan dan kesalahan diri. Akan tetapi, mengenali masalah, mengingat kembali tujuan hidup, melakukan perbaikan, peningkatan dan pengembangan diri.

Tazkiyah adalah jalan bagi hamba-hamba allah yang menghendaki kehidupan akhirat yang membahagiakan selain juga ketenangan yang diperolehnya selama hidup di dunia. Allah SWT menyeru hamba-NYA yang beriman untuk selalu mengecek kesiapan diri menghadapi akhirat yang kekal. “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. AL-Hasyr, 59: 18)

Seseorang yang senantiasa melakukan evaluasi diri, perbaikan diri serta meningkatkan kualitas dirinya dengan segala sisi kepribadiannya ; terutama pengenalan serta pendekatannya kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT akan membuat kepribadiannya semakin matang, kuat dan berkembang. Dengan semua itu kita tidak hanya dapat memperbaiki kehidupan kita –dengan izin Allah- di dunia ini, namun juga pada dasarnya ia sedang mempersiapkan tempat yang baik di kampung akhirat kelak.

Setiap kali hendak mengambil tindakan atau memutuskan suatu hal, apakah kita langsung memikirkan apakah Allah Ridha terhadap keputusan atau tindakan yang kita ambil itu?, apakah langsung tergambar dalam pikiran kita, apakah balasan yang akan kita peroleh dengan tindakan atau keputusan itu? Apakah tindakan atau keputusan tersebut keluar begitu saja tanpa pernah memikirkan tentang balasan atau keridhaan Allah?

Idealnya, nuansa tazkiyah mampu menjadi pijakan berpikir dan bermuhasabah menuju perbaikan menyeluruh. Maka, ketika nuansa tazkiyah tidak membawa perbaikan signifikan terhadap sistem dan kehidupan saat ini, tentu ada something wrong. Dan inilah fenomena yang terjadi sekarang. Ibadah (ritual) tetap jalan, namun maksiat pun makin canggih dan meluas.

Mengapa Terjadi? Jika dicermati, setidaknya adanya penyempitan pengertian tazkiyah, yaitu hanya sebatas aktivitas ritual-individual. Sehingga aktivitas tazkiyah baru mampu memotivasi kita untuk menjaga ibadah mahdhah (shalat, zakat, puasa dll) yakni cukup dengan memperbanyak zikir secara lisan, cukup dengan memperbanyak shalat-shalat sunnat, serta mengasah kemampuan mengendalikan hati atau perasaan.

Praktik-praktik tazkiyah seperti ini menjadi sebuah keniscayan bagi seorang kita. Namun betulkah aktivitas tazkiyah hanya sebatas praktik-praktik ibadah mahdhah saja yang seolah tampak bersifat ritual, spiritual, serta individual. Sehingga keistiqamahan dari instrospeksi diripun hanya sebatas individu saja dan bersifat sementara.

Tazkiyah diidentikkan dengan proses menenangkan hati dan relaksasi. Kalangan medis pun mendukung aktivitas ini karena mampu untuk mengobati penyakit yang disebabkan stres akibat beban hidup yang makin berat. Sebatas itukah hakikat tazkiyah dalam Islam?

Kurang lengkap kiranya, ketika seseorang berusaha keras mengintrospeksi dirinya, namun aktivitasnya tetap berhubungan dengan riba, pergaulan bebas, korupsi, dsb.

Konsep tazkiyah mencakup dua poin penting yakni memurnikan keimanan kepada Allah SWT dan menjalankan ketaatan secara total kepada-Nya. Maka jelas, konsep tazkiyah mencakup : aktivitas akal, hati, dan anggota tubuh. Mencakup keimanan dan amal saleh.

Intinya, mencakup seluruh ketaatan kita dalam menjalankan perintah Allah secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Tanpa semua itu, hakikat tazkiyah tidak akan memberikan pengaruh fundamental bagi kaum Muslimah, selain dalam tataran individu saja. Wallaahu a'lam.


BAGAIMANA CARA BERTAZKIYAH ?

Pertama, kita harus mengenal diri kita. Kedua, mengisi diri kita melewati pembersihan (tazkiyah) dengan tiga tahapan:

1. Pembersihan aqidah, Begitu bersih jiwa orang yang berakidah Islam yang benar sehingga dapat membuahkan kebahagiaan setiap saat. Keindahan keimanan yang bersih itu bisa menjadikan hati diliputi dengan pengertian terhadap Allah sampai meluap rasa cintanya, rasa takut, pengagungan, dan selalu merasa dikontrol oleh Allah SWT. Rasa cinta itu telah merasuki seluruh bagian tubuh sampai tulang sumsum sampai pada tingkat melalaikan cinta selain dari pada-Nya. Tandanya, ia banyak ingat dan menyebut Allah. Seluruh harap dan cemasnya ditujukan kepada-Nya serta selalu bertawakal dan mengembalikan segala urusannya kepada Allah setelah melalui berbagai upaya dan sebab yang dibenarkan. Tak jarang ia bertaubat dan tunduk patuh keharibaan-Nya. Sudahkah kita seperti itu wahai muslimah?

2. Pembersihan dengan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, Yang perlu diingat selalu bahwa Allah SWT sayang kepada hamba-Nya. Maka, segala sesuatu yang membahayakan atau merugikan mereka pasti dilarang, sedangkan yang baik dibolehkan. Meskipun sebagian orang tidak tahu apa hikmah pelarangan dan kebolehan sesuatu itu. Untuk hak menghalalkan dan mengharamkan hanya milik Allah SWT.

3. Menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Istilah yang dimaksud seperti sunnah ahli fiqih, yaitu amalan taat selain yang wajib, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak terkena sangsi apa-apa. Mengamalkan yang sunnah-sunnah setelah yang wajib itu diharapkan agar kita sampai pada derajat waliyullah, yang mendapat perlindungan dari Allah, seperti tertera dalam hadis qudsi di atas. Allah mencintai hamba yang senantiasa menjalankan sunnah Rasulullah SAW.


ITEM FILE UNTUK MODAL TAZKIYAH

Mengenali hakikat dunia, yang hanya sebagai tempat mengumpulkan ‘bekal’. Allah berfirman : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-KU hai orang orang yang berakal”. (QS. Al-Baqarah 2: 197)

Mengenali hakikat hidup, yang merupakan ‘perjalanan’ sementara. Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, ”Rasulullah SAW mengambil sebagian badanku, lalu bersabda, ’Hiduplah kamu di dunia ini seakan akan kamu ini orang asing atau seorang pengelana. Dan hitunglah dirimu (kelak) adalah penghuni kubur”. (At-Tumudzi)

Dalam hadits riwayat Imam At-Turmudzi tersebut juga bahwa Ibnu ‘Umar berkata, ”Jika kamu berada pada pagi hari, janganlah kamu berfikir tentang sore hari, dan apabila kamu berada di sore hari, janganlah kamu berfikir tentang esok paginya. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan manfaatkan hidupmu sebelum datang kematianmu, karena engkau tidak tahu wahai hamba Allah, dengan apakah engkau esok akan disebut (engkau masih hidup atau sudah menjadi mayat)”.

Dunia untuk beribadah. Allah mengabarkan kepada kita, bahwa tujuan hakiki diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-NYA. “Dan AKU tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-KU”. (QS. Adz-Dzariat 51:56)

Mengenal hakikat diri. Kita, manusia pada hakikatnya adalah hamba Allah paling mulia penciptaannya di antara ciptaan-ciptaan Allah lainnya. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin 95:4)

Manusia yang tak tahu bersyukur, lalu memilih - dengan sepenuh kesadaan – untuk membangkang terhadap pencipta dan pemberi rizqinya, ia berarti menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam jurang paling rendah dan paling hina, jahanam, “Kemudian KAMI kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendanya (neraka)”. (QS. At-Tiin 95:5)

Manusia, dengan kelebihan akal yang Allah karuniakan kepadanya, menjadi khalifah bagi segala makhluk lainnya

Mengenal hukum perubahan, Yang terpenting dari aktifitas tazkiyah adalah adanya perubahan ke arah yang lebih baik setelah itu. Seyogyanya, semakin sering seseorang bertazkiyah maka semakin baiklah kualitas dirinya, semakin seseorang bertazkiyah atas kualitas imannya secara kontinyu maka semakin baiklah kondisi imannya kepada Allah.


ATTITUDE OF ‘HIGH CLASS’ MOSLEM WOMEN

Perempuan ‘high class’ di mata Allah adalah yang taat kepada-NYA dan Rasul-NYA, yang menjaga kehormatannya dan berakhlaq mulia. Perempuan yang ‘expensive’ di mata manusia namun berlipat kali lebih tinggi nilainya di mata Allah.

Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa misi utama beliau ketika diutus oleh Allah SWT adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia. ”Sesungguhnya aku diutus (hanya) untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (Imam Malik, Al-Muwatta’).

Yang perlu difahami, ukuran baik atau buruk suatu akhlaq bukan menurut selera individu. Karena akhlaq adalah harta yang sangat berharga daripada kenikmatan dunia dan isinya, jadi selalu bertazkiyyah lah kita wahai muslimah, agar bisa menjadi ‘expensive’ dan ‘high class’.

Good taste is developed and nurtured, selera yang baik dan berkelas tinggi harus ditanamkan, dipupuk, dikembangkan dan dipelihara. Jika muslimah ‘expensive’ dan ‘high class’ sudah tercapai dengan selalu bertazkiyah sehingga dapat mencapai akhlaq yang mulia maka orang tidak akan lagi berminat pada hal-hal yang yang hanya mengundang ‘selera rendahan’. Sebaliknya bila selera rendahan berkuasa, maka dibutuhkan waktu, usaha dan kemauan keras untuk mengurangi kecanduan terhadap sesuatu yang murahan dan berkelas rendahan tersebut.

At least, dalam bertazkiyah semoga kita tetap beristiqomah dengan hanya mengharap keridhaan Allah SWT, semoga Allah memberi karunia rizqi kepada kita para muslimah untuk bertemu, bergaul, bersahabat dan bersaudara dengan mereka yang memiliki akhlaq sebagaimana Rasulullah SAW, amin ya robbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentari artikel ini ...